Rabu, 13 Oktober 2010

SIMSON

Simson KUAT, namun tidak menaruh HORMAT kepada Tuhan.
Sifatnya :
1. Mengabaikan apa yg pengajaran dan didikan  ORTU
    ( Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik )
2. Kekanak-kanakan
3. Tidak bisa mengendalikan diri dan hawa nafsu

Akhir hidupnya tragis.
Maka jika kita memiliki sebuah Kekuatan dan Karunia, bahkan menjadi orang "Terpilih"
Hormati Tuhan.
Karena dari DIAlah segala kekuatan dan karunia pada manusia.

Mengingat akan-MU. Thanks my Lord.

Semarang, 24 September 2010
By. Diah Arumsasi.

Sumber Bacaan: - Keluaran 34 - Hakim-Hakim 13 – 16 - Matius 28 : 16 - 20

1.Keistimewaan Simson dan Syarat-syaratnyaBerbeda dengan hakim yang ditetapkan Allah atas bangsa Israel sebelumnya, Simson, anak Manoah dari keturunan Dan (Hakim 13:2), memiliki keistimewaan tersendiri. Selain kelahirannya telah dijanjikan dan diberitakan langsung oleh Allah (Hakim 13:3), kepadanya Allah memberikan kekuatan fisik ekstra yang memampukan Simson melakukan tindakan-tindakan luar biasa, seperti mengalahkan singa muda yang ganas dan menghadapi orang-orang Filistin yang berniat buruk padanya.Untuk semuanya itu, Allah mewanti-wanti agar Manoah dan istrinya menjaga diri mereka dan Simson dari segala kecemaran, segala hal atau benda yang merusak jamani dan rohani (Hakim 13:4-5; 13-4).

2. Keinginan DagingBertambah dewasa, perilaku dan kehidupan Simson terasa kurang terpuji. Ia tidak mampu menjaga diri dari keinginan. Penulis kitab Hakim-Hakim memang tidak menjelaskan hal ini. Meskipun demikian terlihat bergaul dengan perempuan sundal, mengambil istri dari gadis Timna, dan bermain api dengan Delila sebenarnya sangat memukul Allah. Jauh-jauh hari, melalui hamba-Nya Musa Allah melarang bangsa Israel mengambil istri dari bangsa lain (Keluaran 34:15-16) dan jangan berzina karena hanya membawa petaka bagi mereka (Keluaran 34:15-16). Namun Allah ternyata penuh kasih. Dibiarkannya Simson memperturutkan keinginannya.

3. Awal Kekalahan SimsonKelemahan Simson yang terlalu memperturutkan keinginannya, terutama terhadap wanita benar-benar disadari dan dimanfaatkan musuh-musuhnya. Serangkaian rencana jahat disusun dan terlaksana dengan mulus berkat kecantikan dan kepandaian merayu Delila. Perikop Simson dan Delilah dalam Hakim 16:6-19 merinci secara jelas betapa licinnya perempuan asal Lembah Sorek tersebut menangani Simson. Dengan gaya merajuk, ditingkahi oleh tangisan palsu Delila terus mendesak Simson. Karena telah dibutakan keinginannya sendiri, Simson tidak tahu ada niat buruk mengancamnya. Tak kuasa melihat Delila murung, tanpa beban dari bibir Simson keluar rahasia penyertaan Allah dalam dirinya. Delilah tersenyum penuh kemenangan.

4. Simson Terlena; Allah MeninggalkannyaSimson yang malang telah melupakan Allah dan keselamatan bangsanya. Daya tarik Delila dan keinginannya membuat ia melupakan tujuan Allah memilih dia. Simson yang malang telah ditinggalkan Allah seiring dengan terlenanya ia dalam belaian lembut jemari Delila. Tertidur pulas dipangkuannya .

5. Kesombongan Diri Setelah ditinggalSegera Delila melancarkan aksinya. Orang Filistin datang menyergap. Delilah berteriak dan Simson pun terjaga. Ia masih sempat menyombongkan diri akan kekuatannya. Namun hanya sebentar. Ia harus menanggung akibat kecerobohannya. Dihadapan Delila Simson tak berkutik ketika orang-orang Filistin membawanya paksa untuk dihakimi.

Dalam kisah Simson ini Allah meninggalkan Simson bukan dengan mengangkat nafas kehidupannya. Dalam pandangan saya, lebih pada Dia mengangkat segenap berkat, kekuatan, kuasa jasmani dan rohani, kepercayaan diri dari Simson. Latar belakangnya pun sudah jelas dipaparkan. Seandainya Allah tidak melakukannya, saya yakin bangsa Israel akan dimusnahkan Simson. Mengapa? Di bawah hasutan bangsa Filistin dengan perantaraan Delila, Simson dapat berbuat kasar dan anarkis pada bangsanya sendiri.

Di sisi lain Allah ingin memperlihatkan bukti kembali bagaimana bila manusia yang sudah merasa hebat; melupakan kepercayaan Allah, tiba-tiba kehilangan kuasa Tuhan. Manusia tak bedanya dengan mayat hidup, seolah-oleh bergerak namun sudah tak bernilai lagi. Itu sebabnya orang-orang Filistin begitu berani mencaci-maki Simson karena mereka tahu Allah yang menggerakkan Simson telah meninggalkannya. Hal lain kita temukan adalah timbulnya penyesalan dan kesia-siaan, setelah mengetahui apa yang diterimanya tidak sebanding dan seindah yang dipikirkan. Keputusan-keputusan buruk yang menghasilkan kepuasaan dan pemecahan masalah tanpa berkonsultasi dengan Allah ternyata berakibat sangat fatal. Di luar kesanggupan diri untuk menanggungnya. Bukan hanya diri sendiri yang merasakannya, namun dampaknya pun akan terasa pada masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

Barangkali orang –orang percaya termasuk saya enggan mendengar dan merasakan Roh Allah meninggalkannya. Sangat langka bahkan nyaris tidak ada kesaksian orang yang ditinggalkan, baik di gereja maupun dalam kelompok. Semuanya berbicara mengenai berkat dan kuasa Allah. Kita orang percaya kerap dikuatkan bahwa Allah menyertai kita. Allah Immanuel. Bahkan Yesus sendiri mengatakan bahwa Ia akan menyertai hingga akhir zaman (Matius 28:20). Untuk itu kita berkata Ya dan Amin.

Lantas untuk apa penulis kitab Hakim-Hakim menyampaikannya? Apa manfaatnya bagi pembaca? Saya pribadi yang sudah merasakannya berkesimpulan bahwa hal tersebut dapat terjadi pada setiap manusia. Pada Simson sebagai hakim (gambaran pemimpin gereja dan yang mengaku hamba Allah) dan pada bangsa Israel yang dipimpinnya (gambaran jemaat gereja). Karena akibatnya begitu fatal, diingatkan pada manusia mendatang (kita sekarang) agar tidak bermain-main dengan kepercayaan yang diberikan Allah.

Dalam wawancara dengan Radio BBC menjelang Natal 2001 lalu, penyanyi pop, gospel, dan worship dunia, Amy Grant mengatakan, “Karunia terbesar dalam kehidupan saya adalah penyertaan Roh Allah. Ketika Ia pergi, saya telah kehilangan segala-galanya. Saya menjadi tidak berguna dimata Tuhan dan sesama.”

Pertanyaan yang ditinggalkan: Adakah manusia di muka bumi ini sanggup menanggungnya? 

Dalam cerita Simson diceritakan bahwa dia merubuhkan sebuah kuil. Apakah para ahli arkeologi telah mengemukakan informasi yang berhubungan dengan cerita ini?

This article is also available in English: Sampson and the Philistines: Did it really happen? English Answer…
Titik balik yang sangat berarti dalam peperangan Israel melawan Filistin adalah kematian Simson. Dia ditangkap melalui pengkhianatan Delila. Orang-orang Filistin mencungkil matanya dan membawanya ke Gaza, salah satu kota besar mereka. Di sana mereka menyuruhnya menggiling biji-bijian di penjara. Kita tahu dari penemuan arkeologi bahwa penjara seperti itu pada dasarnya adalah rumah penggilingan. Di rumah-rumah biasa, pekerjaan ini biasa dilakukan oleh para wanita. Para bangsawan birokrasi membangun rumah penggilingan untuk menghasilkan biji-bijian bagi para kaum elit. Di tempat inilah para budak dan narapidana diperkerjakan. Peralatannya adalah batu penggiling yang sederhana. Simson melewatkan hari-harinya duduk di atas tanah menggiling biji-bijian dengan alu yang digosok-gosokkan maju mundur dalam lesung di atas pangkuannya.
Pada suatu hari para pemimpin Filistin mengadakan upacara keagamaan untuk merayakan kemenangan mereka atas para musuhnya. Mereka membawa Simson ke kuil tempat mereka berkumpul, sehingga ia dapat menghibur mereka. Begitu tiba di dalam kuil, Simson meminta anak yang menuntunnya untuk menunjukkan kepadanya di mana letak tiang-tiang penyangga, sehingga dia dapat bersandar. "Kemudian Simson merangkul kedua tiang yang paling tengah, penyangga rumah itu, lalu bertopang kepada tiang yang satu dengan tangan kanannya dan kepada tiang yang lain dengan tangan kirinya. Berkatalah Simson: "Biarlah kiranya aku mati bersama-sama orang Filistin ini." Lalu membungkuklah ia sekuat-kuatnya, maka rubuhlah rumah itu menimpa raja-raja kota itu dan seluruh orang banyak yang ada di dalamnya. Yang mati dibunuhnya pada waktu matinya itu lebih banyak dari pada yang dibunuhnya pada waktu hidupnya." (Hakim-hakim 16:29-30).
Dengan satu kejadian, Simson menghilangkan seluruh kepemimpinan Filistin. Ini merupakan kemunduran besar dalam konflik mereka dengan Israel. Hal itu merupakan suatu titik balik. Sejak saat itu, orang Israel mulai memperoleh kemenangan. Tetapi apakah peristiwa itu benar terjadi? Dapatkah satu orang merubuhkan seluruh kuil sendirian? Arkeologi telah memberi kita jawaban yang menakjubkan.

Dua batu tiang penyangga di kuil Filistin di Tel Qasile, Israel
Dua kuil Filistin telah ditemukan oleh para ahli arkeologi. Satu di Tel Qasile, di utara Tel Aviv, dan satu di Tel Miqne, Ekron kuno, 21 mil di selatan Tel Aviv. Kedua kuil mempunyai desain yang unik—atapnya disangga oleh dua tiang penyangga tengah! Tiang penyangganya terbuat dari kayu dan berdiri di atas alas batu. Dengan tiang-tiang yang berjarak enam kaki, seorang yang kuat dapat melepaskan tiang tersebut dari alas batunya dan menyebabkan seluruh atap runtuh. Penemuan arkeologi ini sangat cocok dengan cerita Kitab Suci.
Walaupun Simson mempunyai kelemahan, dia adalah orang pilihan Tuhan dan terdaftar dalam Perjanjian Baru sebagai seorang "yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, … telah beroleh kekuatan dalam kelemahan" (Ibrani 11:32-34)
Dianjurkan sebagai Bacaan Lanjutan: Wood, Bryant G. 1974. "Samson and the House of Dagon", Bible and Spade, pp. 50-54. (available from the Associates for Biblical Research)


Tidak ada komentar: